Sumber foto: RGEI
Dalam dunia bisnis, Sukanto Tanoto
dikenal bertangan dingin. Apa pun jenis usahanya, Chairman sekaligus pendiri Royal Golden Eagle (RGE) ini selalu
mampu meraih kesuksesan. Salah satu buktinya, Sukanto Tanoto sanggup
menggembangkan perusahaannya menjadi produsen serat rayon viskosa terbesar di
dunia.
Perusahaan tersebut adalah Sateri
yang berbasis di Cina. Dengan empat pabrik yang tersebar di tiga lokasi, yakni
Jiangxi, Fujian, dan Jiangsu, perusahaan Sukanto Tanoto tersebut mampu menggapai kapasitas produksi hingga 1,1 juta
metrik ton per tahun. Kemampuan tersebut merupakan yang tertinggi di dunia.
Kunci keberhasilan Sateri tidak
lepas dari langkah mengakuisisi Jiangsu Xiangsheng Viscose Fiber Co., Ltd. pada
akhir April 2019. Berkat itu, kapasitas produksi langsung melonjak bertambah
250 ribu metrik ton per tahun.
“Akuisisi ini akan membuat Sateri
mampu menghadirkan serat rayon viskosa berkualitas tinggi lebih banyak ke
konsumen, terkhusus di kawasan pasar Cina bagian utara,” ujar CEO Sateri, Tey
Wei Lin.
Sebelumnya, Sateri sebenarnya sudah
menjadi pemain penting di industri serat rayon viskosa global. Tiga pabriknya
mampu menembus kapasitas produksi 850 ribu metrik ton per tahun. Namun, dengan
penambahan satu pabrik lagi awal Mei 2019 membuat posisi Sateri semakin kuat.
Perusahaan Sukanto Tanoto ini sudah resmi menjadi raksasa terbesar di industri
serat viskosa dunia.
Padahal, Sukanto Tanoto belum genap
dua dekade dalam mengelola Sateri. Ia baru memulainya pada 2002. Kala itu,
konstruksi pabrik di Juijiang baru dilakukan. Butuh dua tahun agar pabrik bisa
mulai beroperasi. Namun, pria kelahiran Belawan tersebut langsung sanggup
membawa Sateri melaju kencang.
Kiprahnya juga luar biasa. Sukanto
Tanoto mampu menjadi kebanggaan Indonesia. Pasalnya, Sateri menjadi perusahaan
produsen serat rayon viskosa pertama di Cina yang dimiliki oleh asing. Hal itu
ditandai dengan kehadirannya di sana pada tahun 2002.
Sejak
saat itu perkembangan Sateri semakin cepat. Pada tahun 2010, Sukanto Tanoto
sudah mengembangkan Sateri dengan membangun pabrik baru di Putian. Berkat
langkah tersebut, kapasitas produksi meningkat mencapai 160 ribu metrik ton per
tahun.
Seperti tidak mau berhenti, Sukanto
Tanoto mengakuisisi pabrik di Jiangxi Longda untuk memperkuat posisi Sateri.
Dengan demikian, ada tiga jalur produksi yang memungkinkan Sateri menghasilkan
serat viskosa pokok berkualitas untuk konsumen. Langkah tersebut telah
menjadikan Sateri sebagai pemain utama di industrinya dalam skala global.
Akhirnya langkah untuk menjadi
pemain terpenting di sektor produksi serat viskosa terjadi pada 2019. Sateri
menjadi produsen terbesarnya di dunia. Ini selaras dengan visi Sukanto Tanoto
yang selalu ingin meraih hal-hal yang lebih besar dalam bidang apa pun.
“Saya memulai segalanya tanpa apa
pun, benar-benar dari dasar. Saya tidak pernah menyangka akan memiliki bisnis
yang berskala global. Namun, saya memang selalu bermimpi ingin melakukan
sesuatu yang lebih baik, lebih besar,” kata Sukanto Tanoto di Globe Asia.
Hal itu pun dibuktikan oleh Sateri.
Mereka mengucurkan investasi senilai 700 juta renminbi (sekitar Rp1,385
triliun) untuk mendongkrak kapasitas produksi pabrik di Jiangsu. Perusahaan
Sukanto Tanoto itu berencana, pada akhir 2019, produksi di sana sudah bisa
menembus 300 ribu metrik ton per tahun.
Kapasitas produksi yang bertambah
tentu berdampak bagi Sateri. Posisi sebagai produsen serat viskosa terbesar di
dunia akan semakin kokoh.
DIKELOLA SECARA BERKELANJUTAN
Sumber foto: Inside RGE
Sentuhan Sukanto Tanoto berdampak
besar bagi perkembangan Sateri. Ia berhasil pula menanamkan prinsip kerja
berkelanjutan di sana. Lihat saja dampaknya. Sateri berhasil mengelola
operasional perusahaan supaya selalu ramah terhadap lingkungan.
Hal tersebut ditandai dengan
sejumlah pencapaian khusus. Sateri menjadi pionir di Cina dalam penandatanganan
First Manifesto on Establishing Green
Enterprises. Langkah ini akhirnya diikuti oleh banyak perusahaan lain di
sana.
Bukan hanya itu, sejak 2015,
perusahaan Sukanto Tanoto tersebut sudah meluncurkan Pulp Sourcing Policy. Langkah itu memberi jaminan bahwa operasional
Sateri dilakukan secara bertanggung jawab. Mereka memastikan bahan baku
produksi berasal dari sumber yang legal, tidak dari hutan alam atau bernilai
konservasi tinggi, serta tidak merugikan masyarakat.
Tidak mengherankan, pada 2016, tiga
pabrik Sateri sudah mendapatkan sertifikat Programme
for the Endorsement of Forest Certification (PEFC). Hal ini menandakan
operasional perusahaan sudah memenuhi aturan dan tidak merugikan lingkungan.
Berkat itu, pada tahun 2017, Sateri
sudah bisa meluncurkan Laporan Keberlanjutan pertamanya. Sejak saat itu,
laporan serupa terus dirilis sebagai bukti otentik langkah perusahaan dalam
melindungi alam.
Perusahaan Sukanto Tanoto itu
akhirnya melengkapi semuanya dengan raihan sertifikat STeP by OEKO-TEX® pada
2018. Pencapaian ini menandakan hasil produksi dan operasional Sateri aman
untuk lingkungan.
BERGUNA BAGI MASYARAKAT
Serat viskosa mungkin terdengar
asing bagi awam. Padahal, sejatinya produk tersebut dekat dengan keseharian
masyarakat. Kegunaannya pun sangat besar.
Sateri
menunjukkannya dengan membagi produksinya menjadi tiga bagian, yakni serat tekstil, serat nonwoven, dan benang viskosa. Ketiganya
memiliki manfaat dan kegunaan yang berbeda-beda.
Dimulai dari serat tekstil. Produk
ini merupakan bahan baku untuk berbagai jenis pakaian. Dengan kelembutan
seperti sutra dan tekstur halus seperti katun, serat tekstil cocok sekali untuk diproduksi menjadi kaos, kemeja,
baju, handuk, perlengkapan kamar tidur, hingga taplak meja dan lap makan.
Sementara itu, serat nonwoven tak kalah vital. Hasil produksi
Sateri ini sering menjadi bahan baku diaper serta produk-produk yang terkait
higienitas lain seperti tisu dan masker kecantikan.
Lain halnya dengan benang viskosa.
Penggunaannya cukup beragam. Benang tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembuatan
berbagai jenis bahan baku produk fashion
maupun tekstil untuk keperluan industri.
Mutu semua produk juga dijamin
tinggi. Hal itu bisa dipastikan karena Sateri sudah meraih ISO 9001 dan ISO
14001 yang memberi jaminan mutu.
Kompleksitas pemanfaatan serat
viskosa memang selaras dengan visi Sukanto Tanoto. Dalam mengelola bisnis, ia
selalu mencari bidang yang mampu memberi manfaat kepada orang banyak. Jika
banyak yang membutuhkannya, Sukanto Tanoto tidak ragu untuk segera menggeluti sektor tersebut.
Begitu terjun ke sana, Sukanto
Tanoto akan total untuk mengembangkannya. Meskipun bidang yang digeluti baru,
ia tidak takut untuk mempelajarinya.
Lihat saja, serat viskosa sejatinya merupakan bidang yang asing bagi
pendiri Tanoto Foundation ini. Namun, hal tersebut tidak membuatnya gamang. Ia
bekerja keras sembari belajar tentang seluk-beluknya.
Belajar
hal baru memang bukan sesuatu yang aneh bagi Sukanto Tanoto. Dari dulu sejak
merintis bisnis pada 1967, ia selalu menjalankan hal-hal anyar. Semua itu
terlihat jelas di ruang lingkup RGE yang dipimpinnya. Bisnisnya beragam dari
sektor kelapa sawit, bubur kertas dan kertas, energi, hingga serat viskosa.
Namun, kemauan untuk belajar yang tinggi serta semangat bekerja keras,
mampu membuat Sukanto Tanoto selalu berhasil mengatasi tantangan. Salah satu
buktinya ada di Sateri yang kini menjadi produsen serat viskosa terbesar di dunia.